Oleh : Ollies Datau
Presiden DPP LIRA
(Lumbung Informasi Rakyat)
Korupsi hadir, karena adanya keinginan mendapatkan harta instan bukan dari hak yang seharusnya. Keinginan memiliki harta lebih ini berawal dari mentalitas dan pola pikir, bukan sekedar tuntutan kehidupan.
Hidup itu cukup, pas, bila sekedar memenuhi kebutuhan. Kemampuan mencari rizki sudah Tuhan tentukan, diatur sesuai takaran. Tapi takkan pernah cukup untuk memenuhi gaya hidup.
Dalam obrolan santai, seorang ASN pernah berkata, “PNS kalau tidak korupsi, ga akan pernah bisa bikin rumah bagus.” Orangnya dulu masih staf, sekarang sdh jadi lurah, dan sedang berusaha menjadi Bakal Calon Walikota di salah satu Daerah
Mentalitas pemakluman Korupsi kecil – kecilan, membawa pada gerakan sistemik kronis. APBN RI yg 60%-nya habis untuk biaya belanja pegawai, tersisakan hanya 40% untuk belanja program dan Infrastruktur. Itu yg akan kembali ke rakyat. Sudah itu masih juga dipotong Korupsi terselubung.
Jadi yang turun ke rakyat sebenarnya berapa? Pondasi struktur APBN yang didesain demikian, membuat Negara kita rawan chaos of crisis. Hulunya adalah politik biaya mahal yang menuntut Return of Investment (ROI). There is no free lunch.
Pemain bisnis politik tentu tidak hanya mengejar Break Even Point (BEP), investasi besar mereka menuntut Margin Profit yang tidak sedikit, mereka tentu mau berlimpah harta. Tuntutan pendapatan Quantum Capital, karena investasi mereka bukan level kios gorengan.
Pada faktanya, setiap lini kepemerintahan ada pemainya sendiri. Infrastruktur, Pengadaan, Lelang, Pajak, sampai ngerinya Kesehatan dan Bansos bisa jadi bacakan. Teori Orang Kaya membutuhkan Orang Miskin, terbukti dalam konteks ini.
Kasus Korupsi melibatkan petinggi2 Partai yang akhir ini menyeruak, hanya satu bongkahan gunung es. Seperti halnya anak Krakatau, tinggal menunggu waktu meletus kasus lainya yg membawa pada sapuan tsunami politik selanjutnya. KPK bisa panen tangkapan.
LIRA adalah Non Government Organization yang memiliki concern penuh di bidang sosial Politik Indonesia. Kami menjadi mata terpercaya rakyat untuk mengawasi dan mengawal pemerintahan yang bersih tanpa Korupsi.
Kader – kader kami adalah orang – orang mandiri, yang hidup dengan usahanya sendiri diluar pemerintahan dan tidak mengandalkan gaji dari pajak rakyat. Oleh karena itu, secara merdeka kami bergerak sebagai orang bebas.
Kami menghidupi organisasi kami dengan usaha kami sendiri. Kam tidak mencari hidup dari organisasi. Semangat perjuangan tidak hidup nyaman dari pejuang2 LSM positif seperti kami inilah, yang harusnya ditanamkan kepada kalian setiap Aparat pemerintah yang digaji.
Tanpa digaji, kami bisa tulus bergerak untuk rakyat. Kalian digaji, harus lebih maksimal melayani rakyat. Jangan pernah berfikir meraih lebih dari yg jadi hak kalian. Karena disanalah hadir setan rasuah. Ingin kaya? Usaha mandiri yang halal, jangan harap dari komisi2 proyek, cari lebihan.
Penegakan hukum dan hukumanya juga harus dilakukan perubahan. Hukuman mati harus berani diterapkan untuk menuju efek jera. Harus ada tumbal korban awal, Hukum dibuat untuk membuat orang takut. Ya takut berbuat jahat.
Komisioner KPU yang ditangkap jadi aib yang mencoreng negeri ini. Menteri – menteri sudah banyak kena, Gubernur sering, Bupati banyak, camat, lurah tak terhitung. Mau sampai kapan Negara ini terus begini?
Kader LIRA siap untuk menjadi tangan dan kaki KPK untuk merealisasikan Indonesia tanpa Korupsi. Biarkan uang rakyat, kembali kepada rakyat. Sepenuhnya.
Bersama LIRA, Indonesia, Pasti Bisa, TANPA KORUPSI!!!