Jakarta – Mantan Menteri Urusan Peranan Wanita era Presiden Soeharto, Siti Aminah Sugandhi atau Mien Sugandhi, meninggal dunia. Mien Sugandhi meninggal pada Minggu (5/1/2020).
Mien Sugandhi meninggal dalam usia 85 tahun. Dia dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
Kader MKGR Berduka Kehilangan Sosok Teladan Mien Sugandhi
Setelah sempat dirawat sebulan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta, Siti Aminah binti Soeprapto atau lebih dikenal dengan nama Mien Soegandhi akhirnya meninggal Minggu (5/1).
“Beliau menderita stroke dimana faktor usia Siti Aminah binti Soeprapto Djojokusumo dalam usia 85 tahun, pada hari Minggu Kliwon, tanggal 5 Januari 2020, pukul 21.45 WIB,” jelas menantu almarhumah Mien Sugandhi, Letjen TNI Purn. Soeyono SE, saat ditanya awak media.
Selanjutnya almarhumah Mien Sugandhi, disemayamkan di rumah duka (RSPAD) Jakarta Pusat, untuk kemudian dibawa ke Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, pada pukul 10.00 WIB.
Setelah itu, jenazah Mien Sugandhi disemayamkan di peristirahatan terakhir di Taman Makan Pahlawan Kalibata ba’da sholat Zuhur sekira dpukul 12.00 WIB.
Sosok Mien Sugandhi dikenal dengan nama lengkap Siti Aminah Sugandhi, lahir pada 28 Juli 1934 pernah menjabat sebagai Menteri Urusan Peranan Wanita periode 1993 hingga 1998.
Selain pernah menjabat sebagai Menteri, Mien Sugandhi menjadi anggota DPR dan MPR pada 1977 hingga 1993, sebagai bagian dari Kabinet Pembangunan VI dan juga pernah menjadi komisaris independen Mitra Adiperkasa Tbk pada tahun 2004.
Perempuan berwatak tegas ini menerima anugerah Bintang Mahaputera Adipradana dari Pemerintah pada 17 Agustus 1996 saat masih menjabat sebagai menteri. Di usia 77 tahun, pada tahun 2001 memperoleh gelar Doktor dari Northern California Global University, Amerika Serikat.
Seluruh kader Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) merasa sangat kehilangan sosok yang dicintai dan itu terjadi setelah dua hari sebelumnya Jumat (3/1) pagi ziarah ke makam Bapak Sugandhi di Taman Makam Pahlawan, Kalibata – Jakarta Selatan.
Berikut profil Mien Sugandhi
1. Menteri Era Soeharto
Mien Sugandhi merupakan Menteri Urusan Peranan Wanita periode 1993 sampai 1998. Mien menjadi menteri di Kabinet Pembangunan VI Presiden Soeharto.
2. Anggota DPR
Dia juga pernah menjadi angggota DPR dan MPR pada 1977 hingga 1993. Bahkan Mien pernah memimpin salah satu kelompok di MKGR menjadi Partai MKGR, dengan memisahkan diri dari Golkar.
3. Pernah Sebut Deportasi Dewi Sukarno
Saat menjadi menteri, Mien Sugandhi pernah melontarkan pernyataan kontroversial, yakni deportasi istri Sukarno, Ratna Sari Dewi kembali ke Jepang. Penyebabnya Ratna Sari Dewi (Dewi Sukarno) mengeluarkan buku berisi foto bugil wanita asal Jepang itu.
Mien mengeluarkan pernyataan itu karena Dewi dianggap mempermalukan citra Indonesia. Namun kemudian pernyataan itu diralat oleh Menteri Kehakiman kala itu, Oetoyo Oesman. Menurut Oetoyo yang dilarang hanyalah buku Dewi Sukarno, bukan orangnya.
4. Berseteru dengan Mooryati Sudibyo
Wanita yang memperoleh gelar Doktor dari Northern California Global University, Amerika Serikat, ini pernah berseteru dengan Ketua Yayasan Putri Indonesia, Mooryati Sudibyo. Hal ini lantaran pengiriman Alya Rohali sebagai wakil Indonesia di ajang Miss Universe.Alya Rohali hanya datang sebagai participating observer, tetapi ternyata ikut berfoto mengenakan baju renang sehingga mengundang kemarahan Mien Sugandhi. Mien sangat keberatan karena awalnya pemakaian baju renang Alya Rohali hanya dianggap koleksi pribadi. Namun nyatanya bocor ke media massa.
5. Dititipi Pesan oleh Tien Soeharto Agar Soeharto Jangan Dipilih Lagi
Mien Sugandhi pernah dititipi pesan oleh Tien Soeharto. Tien Suharto menitip pesan padanya agar pemimpin Golkar tidak lagi mencalonkan Suharto pada tahun 1996. Kisah itu disampaikan Mien Sugandhi dalam buku berjudul ‘Pak Harto The Untold Stories’.
Mien Sugandhi menyampaikan pesan itu kepada para pemimpin Golkar namun mereka tidak percaya. Pada April 1996 Tien Soeharto meninggal dunia dan Soeharto kembali menjadi Presiden pada Maret 1998 hingga kejatuhannya pada Mei 1998. (*)