PURWAKARTA – Pondok Pesantren Al-Muhajirin menggelar pelatihan Ta’mir, khatib dan Da’i Nasional di kampus 2 Ponpes Al-muhajirin Jalan Ipik Gandamanah Kelurahan Ciseureuh Purwakarta.
Pimpinan Pondok Pesantren Al-Muhajirin Dr. KH. Abun Bunyamin, MA, mengapresiasi kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah menggelar pelatihan terhadap para santri Ponpes Al-Muhajirin.
“Kami selaku pimpinan sangat mengapresiasi dan terima kasih kepada PBNU yang telah berkenan mengadakan kegiatan ditempat kami, dan kami mohon maaf apabila ada kekurangan dalam memfasilitasi kegiatan,” kata Kyai Abun, Rabu (7/8/2019).
Kyai Abun memberikan pesan kepada para peserta pelatihan bahwa Da’i harus seperti ulama terdahulu. “Sebagai Da’i harus bisa mengikuti jejak para ulama salaf as shalih salah satunya ketika meninggal mereka meninggalkan karya yang dapat bermanfaat bagi umat,” kata Doktor ilmu tafsir ini.
Sementara di tempat yang sama Ketua PBNU KH. Abdul Manan A Ghani didaulat untuk membuka acara pelatihan ini, dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa Da’i tidak cukup soleh tapi harus muslih.
“Orang soleh menurut Imam Al-Ghazali adalah orang yang baik secara pribadi. Sedangkan oleh muslih adalah orang yang baik secara pribadi serta sosial,” katanya.
Menurutnya, “Ceramah dengan mengharapkan materi itu gampang, tapi yang susah menjadi Da’i yang muharrik, Ta’mir yang muharrik dan Khatib muharik,” tegasnya.
Dijelaskannya, seorang khatib dan da’i harus percaya diri tidak hanya dihadapan santri atau jama’ah tetapi harus piawai juga berceramah di media sosial.
“Kita akan kalah telak kalau berceramah hanya secara oral diera 4.0 ini, maka nanti akan diberikan materi bagaimana mengisi konten ceramah di medsos,” papar Ketua PBNU
Sementara itu Kyai Manan menambahkan, bahwa keilmuan kita jelas bersanad kepada ulama-ulama yang mashur keilmuannya sampai kepada Rasulullah Saw. “Dan jelas kita sebagai ashabul haq dalam beraqidah artinya kita jelas berpijak dalam kebenaran,” ujarnya.
Diakhir materinya kyai Manan mengajak agar merawat dan menjaga NKRI. “NKRI bagi NU adalah harga mati, dan pancasila telah final, maka kita sebagai khatib dan da’i harus mempertahankan NKRI dan pancasila dibumi pertiwi ini,” pungkasnya.(Lili)