MUARA ENIM (SUMSEL) – Sebanyak 50 Kepala Keluarga (KK) di Desa Matas, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan saat ini masih belum bisa menikmati listrik. Sebabnya, saat Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan memasang listrik terkendala oleh bentang alam.
Awalnya, jumlah keluarga yang belum teraliri listrik mencapai ratusan, namun saat itu sebagian keluarga telah menerima program listrik desa.
Kepala Desa Matas, Mulyadi kepada awak media ini, Kamis (9/5/2019) kemarin mengatakan, saat ini program listrik desa sudah tidak ada. Selain itu, 40-50 keluarga yang belum teraliri listrik saat ini berada di dusun 3.
Diungkapkannya, tahun 2016 silam pihaknya sudah mengusulkan sebanyak 6 tiang ke Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Muara Enim yang saat itu masih di kabupaten Muara Enim. Namun lanjutnya, saat ini Dinas Pertambangan dan Energi sudah di pindah dalam naungan pemda Provinsi Sumatera Selatan.
“Jadi mereka sudah melakukan survei datang ke desa Matas dua kali untuk mengecek lokasi, saat itu aku minta 6 batang, tapi kata mereka tidak bisa minimal 8, terus kata aku ya sudah ok lebih bagus, tapi sampai saat ini belum ada realisasinya, dan ini sudah tahun 2019,” ujar Mulyadi.
Menurut Mulyadi, Desa Matas sendiri sebagian berada di wilayah agak berbukit, tepatnya berada di bagian atas. Akibatnya, listrik banyak yang tidak sampai ke rumah. Katanya, ada yang sebagian memakai listrik di rumah lain. Namun, ada juga yang benar-benar tidak teraliri listrik. Maka dari itu masyarakat Desa Matas sangat membutuhkan adanya tiang listrik agar bisa secepatnya di alirin listrik PLN.
“Jadi selama ini dari kabel induk di pinggir jalan raya dialirkan ke salah satu rumah warga, kemudian dialirkan lagi ke beberapa rumah warga hingga ke atas, makanya jadi spaning tidak terang untuk yang di kampung atas. Kalau di rumah ini kan kekuatannya 220 Watt, nah kalo yang diatas hanya 110 Watt,” jelasnya.
“Waktu itu dari pihak Dinas Pertambangan dan Energi sempat bertanya, bagaimana pak Kades membawa tiang listrik sampe ke kampung yang diatas? Terus aku jawab, kalau misalnya satu tiang bisa di bawa oleh orang sebanyak 20 orang, kita gotong royong. jadi aku fasilitasi karena kalau bawa pake gerobak tidak bisa, makanya aku buka jalan lingkar untuk menuju ke kampung yang diatas, agar akses untuk membawa tiang tersebut bisa, tapi kembali gagal realisasinya. Terus kita coba lagi masukan profosal, karena kebetulan ada warga kami yang bekerja di PT PLN, kemudian di respon dengan meminta sket gambar lokasi, terus aku sket gambar dan aku kirimkan ke PT PLN (persero) WS2JB Area Lahat, dan katanya ditunggu saja,tapi sampai saat ini tidak ada realisasinya juga,” terangnya lagi.
Mulyadi berharap dan meminta kepada pemerintah dan pihak terkait lainnya untuk dapat segera mewujudkan keinginan warganya ini, agar dapat merasakan penerangan dari adanya aliran listrik di desanya.
“Jadi intinya saat ini warga sudah sangat membutuhkan adanya fasilitas tiang listrik beserta aliran listriknya agar bisa menerangi pemukiman warga kami yang berada di kampung atas yang sampai saat ini belum tersentuh aliran listrik yang maksimal,” tutupnya. (Aldo DJ)